Posts

Psikologi IV

Disclaimer!! Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan insiden adalah hasil dari imajinasi penulis atau digunakan secara fiktif. Segala kesamaan dengan orang nyata, hidup atau mati, kejadian nyata, atau tempat nyata adalah kebetulan belaka. Mencari Peluang Saat itu, matahari sudah mulai tenggelam ketika Arman, seorang pemuda berusia 22 tahun, duduk termenung di bangku taman. Ia baru saja pulang dari sebuah wawancara kerja yang ke sekian kalinya, dan lagi-lagi, hasilnya mengecewakan. Perusahaan tersebut, seperti banyak perusahaan lainnya, menolak lamaran kerjanya.  Dengan kantong yang semakin menipis, hanya tersisa uang kurang dari satu juta rupiah, Arman merasa putus asa. Dia merogoh saku celananya dan merasakan kepingan uang logam yang tersisa. Dengan helaan napas berat, dia menyadari bahwa jika tidak segera menemukan sumber penghasilan, masa depannya akan semakin suram. Di tengah keputusasaannya, Arman teringat nasihat ayahnya. "Kesuksesan tak pernah jauh dari m...

Psikologi III

Disclaimer!! Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan insiden adalah hasil dari imajinasi penulis atau digunakan secara fiktif. Segala kesamaan dengan orang nyata, hidup atau mati, kejadian nyata, atau tempat nyata adalah kebetulan belaka. Menyikapi Masalah Matahari sore memancarkan sinar keemasan yang menyapu kota, menciptakan bayangan panjang di sepanjang jalan yang sibuk. Di lantai sepuluh sebuah gedung perkantoran, Budi memandangi pemandangan itu dari balik jendela kantornya. Wajahnya yang lelah tetapi penuh tekad memantulkan bayangan senja yang mulai memudar. Terdengar ketukan di pintu, membuyarkan lamunannya. "Silakan masuk!" seru Budi. Rina, sekretarisnya, masuk dengan langkah cepat. "Pak Budi, Dimas menelepon. Ada masalah di lokasi proyek. Crane-nya rusak." Budi menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Baiklah, Rina. Tolong atur agar rapat sore ini diundur. Aku akan ke sana sekarang." Rina mengangguk dan segera berbalik untuk mengat...

Psikologi II

Disclaimer!! Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan insiden adalah hasil dari imajinasi penulis atau digunakan secara fiktif. Segala kesamaan dengan orang nyata, hidup atau mati, kejadian nyata, atau tempat nyata adalah kebetulan belaka. Mengingat Kesulitan Di dalam ruang hening ini, aku duduk sendiri, terbenam dalam pikiranku. Cahaya redup dari lampu di sudut ruangan menyoroti bayangan-bayangan yang menari di dinding. Di sini, di tengah keheningan, aku dihadapkan pada refleksi dari masa-masa tersulit dalam hidupku. "Ingatlah masa-masa tersulitmu agar kamu berlapang hati." Kalimat itu terus terngiang dalam benakku. Aku melihat diriku yang dulu, ketika segalanya terasa begitu gelap dan penuh ketidakpastian. Ketika rasa putus asa menghantui setiap langkah, dan ketakutan merayap dalam setiap detik yang kujalani. Aku ditahan oleh militer karena melakukan provokasi. Mereka bilang aku menghasut massa, bahwa pidatoku menyulut kemarahan. Tapi aku hanya ingin keadi...

Psikologi I

Disclaimer!! Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan insiden adalah hasil dari imajinasi penulis atau digunakan secara fiktif. Segala kesamaan dengan orang nyata, hidup atau mati, kejadian nyata, atau tempat nyata adalah kebetulan belaka. Prolog: Seringkali, rasa takut dapat menguasai pikiran kita dan menjadi hambatan besar dalam mengambil keputusan atau menghadapi tantangan. Ketika ketakutan menguasai, dampaknya bisa sangat merusak—memicu overthinking, meningkatkan stres, dan mengganggu kemampuan kita untuk berpikir dengan jernih. Rasa takut sering membuat segala sesuatu terasa seperti risiko besar dan membuat kita berusaha menghindari masalah, yang justru memperburuk situasi. Selain dampak tersebut, rasa takut juga dapat memengaruhi emosi kita secara mendalam. Ketakutan yang berkepanjangan bisa menyebabkan kecemasan yang kronis, depresi, dan merasa tertekan, serta membuat kita lebih mudah marah. Ketika kita merasa takut, emosi kita menjadi tidak stabil, dan kemarah...