Psikologi IV
Disclaimer!!
Cerita ini adalah karya fiksi. Nama, karakter, tempat, dan insiden adalah hasil dari imajinasi penulis atau digunakan secara fiktif. Segala kesamaan dengan orang nyata, hidup atau mati, kejadian nyata, atau tempat nyata adalah kebetulan belaka.
Mencari Peluang
Saat itu, matahari sudah mulai tenggelam ketika Arman, seorang pemuda berusia 22 tahun, duduk termenung di bangku taman. Ia baru saja pulang dari sebuah wawancara kerja yang ke sekian kalinya, dan lagi-lagi, hasilnya mengecewakan. Perusahaan tersebut, seperti banyak perusahaan lainnya, menolak lamaran kerjanya.
Dengan kantong yang semakin menipis, hanya tersisa uang kurang dari satu juta rupiah, Arman merasa putus asa. Dia merogoh saku celananya dan merasakan kepingan uang logam yang tersisa. Dengan helaan napas berat, dia menyadari bahwa jika tidak segera menemukan sumber penghasilan, masa depannya akan semakin suram.
Di tengah keputusasaannya, Arman teringat nasihat ayahnya. "Kesuksesan tak pernah jauh dari mereka yang mau mencari peluang," kata ayahnya berulang kali. Kata-kata itu menggema di pikirannya, membuatnya merenung lebih dalam. Mungkin, pikirnya, inilah saatnya untuk berhenti bergantung pada orang lain dan mulai menciptakan jalannya sendiri.
Arman menatap sekitar, memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang. Banyak dari mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sebuah ide mulai muncul di benaknya. Ia melihat beberapa pedagang kecil di sekitar taman, menjajakan makanan dan minuman. Mengapa tidak mencoba berdagang kecil-kecilan dengan sisa uang yang dimilikinya?
Keesokan harinya, dengan semangat yang baru, Arman pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan. Dengan uang yang tersisa, dia membeli beberapa bahan dasar untuk membuat nasi goreng, makanan yang sederhana namun selalu diminati. Dia meminjam gerobak bekas dari tetangganya dan mulai menjual nasi goreng di sekitar taman setiap sore.
Awalnya, penjualannya tidak begitu bagus. Hanya beberapa orang yang membeli. Tapi Arman tidak menyerah. Dia terus memperbaiki resepnya, mendengarkan masukan dari pelanggannya, dan menambah variasi menu. Perlahan tapi pasti, usaha kecilnya mulai dikenal. Pelanggannya semakin banyak, dan dalam beberapa bulan, Arman bisa menabung cukup uang untuk memperbesar usahanya.
Sekarang, satu tahun kemudian, Arman telah memiliki beberapa gerobak nasi goreng yang tersebar di berbagai lokasi strategis di kota. Dari seorang pemuda yang hanya memiliki uang kurang dari satu juta rupiah, Arman telah membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan keberanian untuk mencari dan menciptakan peluang, kesuksesan bisa diraih.
Comments
Post a Comment